December 21, 2015

Kegagalan (Angel & Demon)

Yah, pada akhirnya terjadi. Malam ketika aku sadar menjadi CG itu tidak mudah. Malam ketika aku sendiri menjadi terlalu sensitif. Kamu bertanya udah jangan nangis, kamu tau, AKU NANGIS LAH! BEGO KALO AKU GAK NANGIS! Aku teriak begitu. Aku, bahkan mengetik ini sembari menangis. Aku gak mungkin gak nangis. Aku juga ingin teriak. OK! KALAU BEGITU AKU GAK AKAN PERDALAM RASA CINTA INI. AKU AKAN TAHAN SEMUA RASA KANGEN. AKU GAK AKAN KANGEN SAMA KAMU! GAK AKAN CINTA SAMA KAMU!

Kalau pada akhirnya, seperti malam ini aku gak bisa menenangkan diriku, mungkin lebih karena aku memang gak tau aku harus seperti apa. Kalau untuk kamu, pelukan sama sekali tidak menenangkan. Padahal kalau kamu ingat, semua yang kulakukan saat kamu emosi Cuma satu. Memeluk kamu. Itu saja. Kalau kamu mau perhatikan semuanya. Dari awal. Dari pertama kali kita ketemu. Dari pertama kali kamu nangis ke aku. Dari pertama kali kamu tumpahin semua rasa ke aku. Yang aku lakukan, yang aku salurkan dari hati aku Cuma satu. Pelukan.

Ya, dan nyatanya sekarang untuk kamu, pelukan ku memuakkan. Untuk kamu, pelukan aku bukan yang kamu harapkan. Pelukanku enggak bisa menenangkanmu. Makanya aku memilih diam. Diam dengan harapan kamu akan mereda. Dan ketika aku fikir kamu mereda, kamu kembali lagi memanas. Aku terdiam lagi.
Kamu tau, kenapa aku bilang aku gak nangis? Karna aku tau kamu gak suka kan yang menye menye. Kamu gak suka kan aku menagnis. Kamu gak suka kan aku blue dan gloomy. Aku Cuma mau nunjukkin bahwa aku gak apa-apa. Bahwa apapun yang kamu lakukan walaupun seperti apa aku gak akan apa-apa. Aku gak akan meninggalkan kamu. Aku gak akan pergi. Tapi, nyatanya hal itu juga jadi bernilai salah, kan? Kamu marah lagi. Menutup dengan tidak baik.

Sayang, apa pelukanku sudah begitu memuakkan? Padahal dari awal kalau kamu ingat, yang ku lakukan untuk menenangkanmu adalah dengan pelukan dan diamku mendengarkan kemarahanmu. Aku menahan semua emosi yang aku punya, meredamnya, karena aku tau yang kulakukan hanya akan menyulut kamu. Seperti tadi. Akhirnya aku mencoba mungkin kamu akan mengerti maksudku. Nyatanya, maksudku Cuma tinggal menjadi maksud. Maksudku tidak sampai kepada kamu. Dan akhirnya kamu terluka.

Aku merasa gagal. Dengan begini aku merasa gagal. Pelukanku saja sudah tidak bisa hentikan amarahmu. Diam ku juga begitu. Lantas, bagaimana?
Ntahlah. Yang jelas, aku tidak akan pernah meninggalkan kamu.

Bila pelukanku dan diamku sudah begitu memuakkan. Akan kucari cara lain yang bisa meraih hatimu lagi.

Sekarang yang aku lakukan hanya berharap agar kamu baik-baik saja.

Angel.

December 18, 2015

Mistake (Angel & Demon)

Semua terjadi dengan tiba-tiba. Hal yang membuatku terpuruk, dan kau juga begitu. Kemudian, celah itu seperti mulai ada. Ia masih berupa titik. Tapi, aku sudah begitu takut untuk melihatnya. Titik itu sudah mampu membuatku gelisah, hilang arah, tak tau harus bagaimana. Titik yang sejujurnya mampu menghancurkan semua kesadaranku, meruntuhkan setiap pori-pori yang mengungkungi tubuhku, menghancurkan aku. Ya, adalah aku penyebabnya. Bagaimana titik itu muncul. Bagaimana titik itu, yang kita tidak inginkan, hadir.

Aku tidak mengerti. Aku sendiri tidak mengerti jalan fikiranku. Bagaimana bodohnya aku. Semua terjadi dengan tiba-tiba. Aku yang begitu gegabah, memikirkan saja semua sendiri, tanpa sedikitpun mengindahkan hatimu; prasamu. Aku yang begitu ceroboh, bertindak dengan terburu-buru, sampai membuatmu jatuh, merasakan sakit. Lagi.

Tapi, kamu memaafkan aku. Kamu menyanjungku lagi. Mengatakan lagi kata cinta itu. Mencoba membesarkan aku. Aku, aku semakin kecil. Aku tahu. Bukan aku yang seharusnya dihibur, disentuh, diraih. Tapi kamu. Kamu yang aku lukai. Memikirkannya saja semakin membuatku kalut. Ah, kalau saja aku bisa putar semua, mengulangi segalanya, membuatnya kembali pada kejadian sebelum kesalahan itu terjadi. Sayangnya, aku tidak bisa. Roda itu sudah berputar. Dan waktu tidak mungkin memundurkan dirinya. Dimensi tidak akan pernah sama lagi. Dan, yah, aku sadar. Memutar balikkan waktu bukan hal yang baik. Itu sama saja dengan aku melarikan diri. Menjauh dari masalah. Menghindarinya. Karena itu, aku mencoba menghadapinya. Mencoba mendekati kamu, meraih tanganmu, dan menutup titik yang mulai tercipta itu.

Demon, aku tau. Sesungguhnya aku tau. Bagaimana luka terbentuk dihatimu. Bagaimana hatimu sudah hancur, parah. Layaknya kaca yang ketika pecah, akan masih menimbulkan bayangan retak; tidak akan sembuh seperti sedia kala. Dan aku, sudah menambah luka hatimu lagi, mengoreskannya. Membiarkannya tergenangi darah lagi. Aku, aku tau aku begitu bodoh, tapi aku takut kehilangan kamu. Ya, aku seperti tak tahu diri ya? sudah melakukan kesalahan, membuat titik celah itu muncul, tapi juga masih meminta untuk kamu tetap di sini. Aku egois, aku tau. Tapi, keputusanku untuk terus meraih kamu, mengejar kamu, mepertahankanmu, tidak salah bukan?

Demon, aku sejujurnya tidak tau dengan cara apa aku mampu sembuhkan lukamu. Dengan cara apa aku mampu menutup celah itu kembali, dan membuatmu kembali seutuhnya denganku. Tapi, aku akan lakukan seribu, sejuta, semiliyar, tidak terhingga cara agar titik celah itu hilang dan lukamu menutup.

Demon, kau tau. Hal yang paling aku sukai adalah menulis. Dan dengan tulisan ini, aku berharap kamu mampu mengerti isi hatiku. Seberapa besar aku mencintai kamu, seberapa besar aku ingin menebus kesalahanku. Seberapa besar aku ingin sentuh hatimu.

Demon, Aku mencintaimu. Sangat.

Angel.

February 10, 2015

Sejenak aku terdiam. Membiarkan seluruh detik memakan habis nafasku kemudian meremukkan tulangku. Ntahlah, aku tak mengerti. yang aku rasakan hanya sepi. Sendiri. Aku sudah memcobanya: membaur, mencari kesibukkan, mencoba menjadi bagian dari suatu populasi, tapi, entah mengapa aku masih merasa tidak mampu menjadi bagian dari mereka. Aku sering sekali berfikir, apa aku yang salah, apa aku yang tak mampu mengikuti arus mereka, atau aku yang terlalu membatasi diri. Tapi, tak ada satupun pertanyaanku yang terjawab. Mereka sendiri - yang kurasa bersikap biasa saja - seperti menganggapku tapi tak menganggapku.


Seringkali,aku membumihanguskan fikiranku. Mencoba meyakinkan diri bahwa aku diterima. Bahwa,sosok sepertiku mampu menjadi satu dengan mereka. Tapi, semakin aku mencoba, semakin aku sadar betapa sendirinya aku. Aku tak menyangkal, aku memiliki teman. Aku punya mereka. Hanya saja, seperti sekedar legalitas. Tak benar-benar teman. Kurasa.


Aku sudah selalu mencoba berada untuk mereka. Paling tidak memposisikan diri berguna untuk mereka. Akan tetapi, ketika aku butuh seseorang mengulurkan tangannya untuku, tak ada satupun, sedikitpun, yang datang. Ntahlah, aku hanya merasa sendri. Terlalu sendiri.
Bahkan yang selama 3 tahun menemani aku juga menghilang. Dan memilih untuk pergi. Apa yang salah dengan diriku. Apa lagi kurangku. Aku sudah semaksimal aku untuk melakukan hal yang memungkinkan aku diterima. Tapi tetap saja aku sendirian.


Aku sendirian. Dan aku takut untuk ini. Aku rasa, aku tidak memakai invisible cloak - nya Harry potter.
Lantas, mengapa?
Apa yang salah dengan aku?


-C.Id